Jumat, 04 Januari 2008

saya harus melupakan cita-cita...

banyak cita-cita yang harus saya lupakan, di antaranya:

  1. koki. saya ternyata lebih berbakat jadi pencicip masakan daripada jadi pencipta makanan. saya memang pernah rajin membuka-buka buku resep ibuku (yang ia bikin sendiri dengan tulisan tangan) namun saya tak pernah betul-betul mencoba satu resep yang saya baca. mungkin karena saya ini selalu khawatir melakukan kesalahan.
  2. astronom. sejak jatuh cinta pada sastra, setiap melihat langit dan benda-bendanya saya selalu ingin menulis puisi saja. saya kini lebih tertarik membuat benda-benda langit tetap jadi rahasia ketimbang menyingkapnya.
  3. detektif. simpel alasannya, saya sering menyepelekan hal-hal kecil.
  4. pelukis. sejak pak tino sidin tak muncul di tipi, saya malas belajar menggambar.

beberapa yang masih mungkin terwujud, mungkin juga harus dilupakan:

  1. petani. entah mengapa saya ingin sekali lepas dari jajahan kota dan jadi petani di desa. dan entah mengapa sampai sekarang saya belum mampu merdeka dari penjajah sialan itu!
  2. penyiar. sebenarnya ini sudah beberapa kali hampir terwujud tapi saya masih selalu membayangkan diri sebagai produser acara saya sendiri. sehingga saya bisa suka-suka menyiar.
  3. penyair. ah, no comment soal ini!
  4. guru di desa. ini cita-cita yang saya simpan buat masa tuaku (jika ada). saya ingin membangun perpustakaan untuk anak-anak desa dan mengajar di sana.
  5. pemilik sebuah penerbitan. saya ingin sekali bisa menerbitkan banyak buku puisi. saya para penyair itu tak perlu setengah mati menyodor-nyodorkan (dan ditolak) naskahnya ke mana-mana.
sebenarnya ingin juga saya cerita tentang cita-cita saya yang sudah terwujud, tetapi kali ini saya tidak ingin terlalu banyak menghianati judul tulisanku.